728x90.id

Sabtu, 26 Maret 2016

Cerita Dan Sejarah Tentang Souvenir Pernikahan

Sekelumit Cerita Dan Sejarah Tentang Souvenir Pernikahan

Mendengar kata "Souvenir" pasti yang terbayang adalah suatu benda yang biasanya diberikan
kepada tamu-tamu yang hadir pada suatu acara seperti pernikahan, launching produk, pesta ulang tahun, ataupun event-event lainnya. Selain itu, souvenir juga kerap kita dapatkan jika kita bepergian ke suatu tempat dan membeli benda yang menjadi ciri khas produk dari daerah tersebut untuk dijadikan oleh-oleh. Jadi, arti souvenir itu sebenarnya sangat luas. Souvenir untuk pernikahan tentu berbeda dengan souvenir untuk pesta ulang tahun ataupun event lainnya.


Souvenir untuk acara seperti ulang tahun, launching produk, atau peresmian suatu perusahaan umumnya lebih mudah pemilihannya dibanding dengan souvenir untuk pernikahan. Mengapa? Karena orang yang kita undang itu hanya kalangan tertentu saja. Misalnya acara ulang tahun anak-anak, pasti yang diundang itu (kebanyakan) anak-anak seusia anak yang sedang berulang tahun. Souvenir yang dipilih biasanya yang cocok untuk anak-anak seperti mainan, makanan ringan, dsb. Kemudian untuk launching produk, misalnya produk kecantikan, tentunya yang diundang adalah yang dianggap sebagai konsumen nantinya. Sudah hampir dapat dipastikan souvenir yang diberikan biasanya berupa produk kosmetik tersebut.

Karena itulah saya akan membahas sedikit-banyak tentang souvenir untuk pernikahan, dengan harapan bisa jadi panduan bagi calon pengantin untuk memilih souvenir apa yang kira-kira cocok untuk diberikan kepada tamu-tamu yang akan datang ke pesta pernikahannya.

Souvenir Pernikahan Yang "Ikut Termakan" Oleh Zaman

Ketika saya menikah dua puluh tujuh tahun lalu (1987), pemberian souvenir untuk tamu yang datang ke pesta pernikahan belum lazim dilakukan. Terlebih lagi, tempat tinggal saya hanyalah sebuah kota kecil; ibukota salah satu kabupaten di Jawa Timur. Saat itu sebagai tanda ucapan terimakasih atas kehadiran tamu-tamu yang diundang, ketika acara selesai, mereka diberikan oleh-oleh berupa kue yang dikemas dalam kotak dan diatasnya ditempel kertas ucapan terimakasih. Kelihatannya sederhana, tapi jika dilihat dari isinya terbayang juga kira-kira berapa dana yang harus disediakan karena biasanya isi kotak minimal 3 potong kue dan semuanya harus dikerjakan secara mendadak untuk menghindari risiko kue menjadi rusak atau basi. Yang populer, semakin banyak isi kue maka semakin besar lah gengsi si empunya hajat. Begitu kira-kira yang saya dengar dari opini beberapa kenalan saya waktu itu.
Seiring berjalannya waktu, beberapa tahun kemudian (dan entah siapa yang memulainya), muncul souvenir pernikahan berupa benda yang bisa disimpan sebagai kenang-kenangan. Lebih praktis karena bisa dibuat jauh-jauh hari sebelum acara dilangsungkan. Bahkan, harganya bisa disesuaikan dengan kemampuan kita. Bentuknya pun kebanyakan hanya benda kecil yang bisa disimpan dalam tas tangan. Jadi tak heran bila masa itu yang paling banyak dijadikan souvenir adalah gantungan kunci.

Perkembangan berikutnya mulai ada yang berupa bunga (biasanya terbuat dari plastik) dan juga berupa kipas tangan. Selanjutnya berupa benda yang bisa dijadikan hiasan di lemari pajangan di rumah. Lalu berkembang lagi dengan membuat tampilannya lebih bagus melalui kemasan-kemasan berupa kotak mika, sehingga souvenir itu jadi kelihatan bernilai tinggi, Benda yang dijadikan souvenir pun bahannya bermacam-macam, mulai dari gerabah, keramik, hingga kaca bening yang menyerupai kristal.

Seiring perkembangan jaman, souvenir pun berkembang modelnya dari yang tadinya hanya sekedar hiasan menjadi sesuatu yang fungsional. Bingkai foto, memo, tempat tissue, dsb merupakan contoh benda itu. Bahkan, di kalangan pejabat maupun publik figur, souvenir menjadi semacam sarana untuk menunjukkan tingkat sosial mereka. Souvenir pun tak layaknya berubah fungsi menjadi semacam prestige~

Apa Sebenarnya Peran Souvenir Di Dalam Pernikahan?

Entah kenapa, sejak awal ada souvenir berupa benda, saya sangat tertarik sekali untuk menjadikannya sebagai koleksi. Mungkin karena bentuknya yang lucu-lucu dan menarik. Tak sekedar mengkoleksi, saya pun mulai memikirkan benda itu jika dikaitkan dengan acara pernikahan.

Mempelai dan Among Tamu

Ketika saya hadir ke undangan pernikahan, saya sering kagum dengan hal-hal yang ada di acara itu. Mulai dari pengantinnya, among/penerima tamu, dekorasi, hingga catering-nya. Semuanya selalu diusahakan tampil semenarik mungkin oleh si empunya hajat. Bahkan demi hal itu banyak yang rela untuk mengeluarkan dana yang tak sedikit. Mengapa? Karena yang saya sebut diatas adalah hal-hal yang langsung terlihat oleh para tamu ketika mereka datang. Jadi tak heran budget untuk itu sangatlah diperhatikan oleh si empunya hajat.

Beda halnya dengan souvenir yang hanya berfungsi sebagai buah tangan dan tanda ucapan terima kasih kepada tamu-tamu yang telah hadir. Keberadaannya jarang mendapat perhatian lebih. Budget untuk souvenir biasanya diusahakan seminimal mungkin karena dianggap hanyalah sebuah benda kecil yang biasanya tak terlalu kelihatan, karena sering langsung berada dalam tas atau saku baju para tamu seusai mengisi buku tamu. Bahkan ketika saya masih tinggal di suatu daerah di luar Pulau Jawa, keberadaan souvenir bukanlah hal yang penting sehingga tidak heran di tempat itu masih ada yang memberi souvenir kepada para tamu berupa permen. Ya, permen! Sedikit aneh rasanya bagi saya saat itu, tapi mungkin itu hal yang sudah biasa disana.

Seandainya kita bisa merenung sejenak, bukankah kehadiran tamu-tamu itu sangat berarti bagi kita ketika kita punya hajat? Mereka sudah meluangkan waktu dan menyempatkan diri untuk menghadiri undangan kita dan memberi do'a restu kepada mempelai. Jadi sudah sewajarnya sebagai rasa hormat dan terima kasih kita pada mereka, kita memberi sekedar buah tangan berupa souvenir yang pantas juga. Pantas disini yang saya maksud bukan harus yang mahal, tapi yang pantas diberikan kepada mereka.

Saya sering menghadiri undangan pernikahan yang begitu "wah"... Dekorasi pelaminan yang mewah, busana pengantin yang gemerlap, busana among tamu dan panitia lainnya yang juga begitu menarik, hidangan yang berlimpah; tetapi souvenirnya hanyalah sebuah buku notes yang dibungkus plastik atau sebuah kipas yang juga dibungkus plastik, bahkan pernah juga hanya gunting kuku kecil atau gantungan kunci yang juga dibungkus plastik. Bukan jenis benda yang menjadi permasalahan disini, tetapi tampilannya yang kurang menarik sehingga tak ada kesan apapun yang tersirat disitu, apalagi kesan menghormati tamu. Memang, benda itu ada manfaatnya, tapi kalau penampilannya hanya dibungkus plastik saja jadi kesannya hanya seperti souvenir yang biasa diberikan oleh sebuah perusahaan sebagai sarana promosi produk yang mereka buat. Karena itu, tak jarang benda-benda itupun diletakkan begitu saja oleh si penerima ketika sampai di rumah tanpa dilihat lagi bahkan mungkin terlupakan karena merasa begitu banyak souvenir serupa yang sudah mereka terima. Seandainya saja benda-benda itu diberi sentuhan sedikit, tentu akan beda nilainya dimata para tamu.

Hanya Perlu Sedikit Sentuhan Dan...

Buku notes yang cuma dibungkus plastik, ketika diberi sentuhan dengan mengganti kemasannya berupa kain tile atau kertas daur ulang serta diberi sedikit hiasan bunga maka akan kelihatan beda nilainya. Kipas yang murah sekalipun jika diberi sedikit sentuhan akan bertambah nilainya. Begitu juga dengan gunting kuku. Mengapa tidak kita coba untuk dikemas dengan tile atau kotak mika agar tampilannya lebih bagus?

Mungkin hal tersebut tak terpikirkan oleh pasangan pengantin. Mereka lebih banyak tertuju pada harga benda dan bentuknya saja. Jika sudah tertarik pada satu produk lalu harganya sesuai budget, tandanya sudah cukup memenuhi syarat. Lalu selalu pasrah saja ketika ditawarkan souvenir yang lagi "in" oleh penjual souvenir tanpa memikirkan "cocok atau nggak?" jika diberikan ke tamu-tamu mereka nanti. Padahal maksud tujuan pemberian souvenir selain sebagai ungkapan terima kasih juga sebagai kenang-kenangan kepada tamu. Bukankah setiap souvenir selalu menyertakan nama pengantin di souvenirnya? Entah itu berupa sablon, bordir, maupun ukiran nama pengantin. Artinya pengantin ingin tamunya mengingat pernikahan mereka melalui souvenir yang mencantumkan nama dan tanggal pernikahan mereka. Jadi jika pemilihan souvenir itu sendiri tak diperhatikan maka pencantuman nama itu pun tak ada lagi artinya. Karena itu sebaiknya para calon pengantin bisa lebih sedikit memperhatikan masalah souvenir jika menginginkan souvenir itu menjadi kenang-kenangan bagi tamunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar